153060051
kontemporer
DAMPAK JAM TAYANG FILM KARTUN TERHADAP
PROSES PERKEMBANGAN SOSIAL ANAK
PROSES PERKEMBANGAN SOSIAL ANAK
Jam Tayang Film Kartun
A. Latar Belakang
Menonton televisi sudah merupakan kebiasaan sehari-hari hingga waktu luang hanya dimanfaatkan untuk menonton televisi. Kebanyakan pengguna televise adalah anak-anak yang berinteraksi dengan televise dengan pasif, bahkan sering kali sering kali terhanyut dan terpaku dalam menikmati tayangan televise.
Televisi memperkenalkan kepada anak-anak seluruh realitas dunia yang begitu luas dan transparan bukan semata-mata dunia anak-anak, tapi juga dunia orang dewasa yang sering gayut dan out of proportion dari dunia anak. Anak-anak begitu leluasa menonton berbagai acara televisi bahkan cenderung membabibuta, sementara pengendalian dari orang tua tampaknya tak pernah sunguh-sunguh dilakukan.
Penayangan film kartun di salah satu televisi swasta nasional (GLOBALTV) mulai dikeluhkan oleh masyarakat. Keluhan tersebut antara lain menyangkut jam tayang dan intensitas tayang film yang berlebihan. Berita tersebut menambah daftar ketidakpuasan masyarakat, terhadap pertelevisian di Indonesia, padahal tidak banyak kegiatan lain yang dapat menandingi kemampuan televisi dalam mempengaruhi cara berpikir dan berperilaku anak-anak.
Sebenarnya tidak mengherankan jika anak-anak terpikat pada televisi karena umunya tersedia dirumah. Namun televisi pada hakekatnya “merampas” waktu anak-anak untuk bisa bergaul dengan seusianya. Juga tayangan film kartun berdurasi hanya beberapa menit dan adanya iklan mempengaruhi cara berpikir anak dalam berkonsentrasi. Hal ini akan mempengaruhi kemampuan anak dalam belajarnya, yang hanya mampu berkonsentrasi dalam beberapa menit.
Hal ini berarti fungsi media sebagai salah satu agen sosialisasi akan semakin berpengaruh dalam kehidupan anak, sementara para agen-agen sosialisasi yang lainnya mengalami pergeseran. Masyarakat sekitar atau tetangga berkurang fungsinya dalam mengendalikan prilaku anggota masyarakat karena tatanan hidup yang bertambah individualistis.
Namun demikian, televisi dengan potensi positif dan kemungkinan pengaruh negatifnya harus diakui merupakan sebuah realitas social yang telah melembaga dalam masyarakat masa kini. Fenomena ini tidak dapat diabaikan begitu saja, juga tak sepenuhnya dapat dihindari.
Menonton televisi sudah merupakan kebiasaan sehari-hari hingga waktu luang hanya dimanfaatkan untuk menonton televisi. Kebanyakan pengguna televise adalah anak-anak yang berinteraksi dengan televise dengan pasif, bahkan sering kali sering kali terhanyut dan terpaku dalam menikmati tayangan televise.
Televisi memperkenalkan kepada anak-anak seluruh realitas dunia yang begitu luas dan transparan bukan semata-mata dunia anak-anak, tapi juga dunia orang dewasa yang sering gayut dan out of proportion dari dunia anak. Anak-anak begitu leluasa menonton berbagai acara televisi bahkan cenderung membabibuta, sementara pengendalian dari orang tua tampaknya tak pernah sunguh-sunguh dilakukan.
Penayangan film kartun di salah satu televisi swasta nasional (GLOBALTV) mulai dikeluhkan oleh masyarakat. Keluhan tersebut antara lain menyangkut jam tayang dan intensitas tayang film yang berlebihan. Berita tersebut menambah daftar ketidakpuasan masyarakat, terhadap pertelevisian di Indonesia, padahal tidak banyak kegiatan lain yang dapat menandingi kemampuan televisi dalam mempengaruhi cara berpikir dan berperilaku anak-anak.
Sebenarnya tidak mengherankan jika anak-anak terpikat pada televisi karena umunya tersedia dirumah. Namun televisi pada hakekatnya “merampas” waktu anak-anak untuk bisa bergaul dengan seusianya. Juga tayangan film kartun berdurasi hanya beberapa menit dan adanya iklan mempengaruhi cara berpikir anak dalam berkonsentrasi. Hal ini akan mempengaruhi kemampuan anak dalam belajarnya, yang hanya mampu berkonsentrasi dalam beberapa menit.
Hal ini berarti fungsi media sebagai salah satu agen sosialisasi akan semakin berpengaruh dalam kehidupan anak, sementara para agen-agen sosialisasi yang lainnya mengalami pergeseran. Masyarakat sekitar atau tetangga berkurang fungsinya dalam mengendalikan prilaku anggota masyarakat karena tatanan hidup yang bertambah individualistis.
Namun demikian, televisi dengan potensi positif dan kemungkinan pengaruh negatifnya harus diakui merupakan sebuah realitas social yang telah melembaga dalam masyarakat masa kini. Fenomena ini tidak dapat diabaikan begitu saja, juga tak sepenuhnya dapat dihindari.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan diatas penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut: Apakah ada pengaruh hubungan antara jam tayang film kartun terhadap proses perkembangan social anak?.
C. Kerangka Teori
Kerangka teori disini yang digunakan adalah “use and gratification”. Model ini tidak teretarik pada apa yang dilakukan media pada diri orang, tetapi tertarik pada apa yang dilakukan pada orang terhadap media.
D. Metode
Metode yang digunakan adalah metode kualitif
a. Jenis penelitian
Penelitian tersebut menggunakan survey, yang mana metode ini menyebarkan kuisioner langsung kepada anak-anak yang nantinya akan didapakan suatu data.
Survey adalah penelitian yang mengambil sample dari satu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok (Effendi ;1995 :3 ).
b. Defenisi Konseptual
Pada frekuensi atau lama menonton televise adalah seberapa lamanya kita menghabiskan waktu duduk didepan pesawat televise. Sedangkan pada jenis acara televise, suatu acara yang ditayangkan oleh televise sehingga dapat menarik khayalak untuk menonton acara tersebut.
Pada perkembangan sosial anak, dimana anak hidup bersosialisasi dengan lingkungannya seiring dengan pertumbuhannya. Ia akan berprilaku yang dapat diterima sosial. Maksudnya adalah anak yang akan berusaha untuk bersikap supaya diterima dilingkungan atau kelompok bermainnya. Memainkan peran sosial yang dapat diterima, ia harus pintar membawa dirididalam lingkungannya agar diterima didalamnya.
Maksud dari perkembangan sikap sosial disini adalah dalam bersosialisasi ia harus dapat mengembangkan prilaku, tidak hanya sebagai pengikut. Sedangkan kepuasan pribadi adalah ia akan merasa senang jika ia sudah menemukan lingkungan yang pas baginya. Pada tingkat intensitas hubungan dengan orang tua adalah seberapa dekatnya anak dengan orang tuanya. Jik dengan guru seberapa terbukanya dengan guru.
c. Defenisi Operasional
penggunaan media televise dapat diukur berdasarkan motivasi menggunakan media televise, frekuensi menonton televise, dan jenis acara yang bisa ditonton. Pada perkembangan sosial anak ada 3 indikator yaitu :
a)Belajar berprilaku yang dapat diterima secara sosial yang siukur melalui banyaknya kesempatan ( waktu ) yang digunakan oleh anak untuk berhubungan dengan temannya.
b) Memainkan peran sosial yang dapat diterima. Hal ini dapat diukur dengan cara mengetahui penampilan nyata yang sesuai dengan standar kelompoknya.
c) Perkembangan sikap sosial dan kepuasan pribadi yang diukur dengan cara mengetahui perasaan suka atau tidaki suka serta aman berada ditengah teman-teman yang dimilikinya.
Pada tingkat intesitas hubungan dengan orang tua dapat pula di ukur dengan cara menanyakan pada saat atau waktu apa saja orang tua ada dirumah. Sedangkan tingkat intensitas hubungan dengan guru dapat diukur dengan cara membantu menyelesaikan tugas-tugas sekolah.
Ucapan
Trima kasih terutama kepada dosen pengampu mata kuliah kontemporer yang telah banyak mengajarkan kami dalam penulisan artikel ini, dan tidak lupa juga buat teman-teman yang telah membantu dalam memberi ide-idenya,
Daftar pustaka
Siti Rahayu Haditono, Psikologi Perkembangan, Gadjah Mada university press,1984 yogyakarta
Elazabeth B.hurlock, Perkembangan Anak, Edisi Keenam, Erlangga,Jakarta
Effendy Sofian, Singarimbun Masri, Metode penelitian survey, PT Pustaka, 1995: Jakarta
Uchana Onong, Ilmu Kominikasi, Teori dan Praktek, Rosda Karya, 1990 : Bandung
Rahmat Djalanudin, Metode Penelitian Kuantitatif, Rosda Karya, 1991 : Bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar